Perkenalkan dirimu pada dunia dengan tulisanmu

Rabu, 04 Januari 2017

KEMANTEN UNIK

Assalamu'alaikum Wr. Wb. sudah lama tidak menulis di blogger, karena lebih nyaman nulis di buku dan masih sibuk dengan kegiatan dan lain-lain.. nah kali ini saya menunjukkan atau lebih tepatnya memperkenalkan bahwa acara kemantin yang unik. Sebagian warga negara indonesia terutama di desa biasanya acara pernukahan ada iring-iring atau mengantarkan pengantin pria ke tempatnya pengantin wanita, biasanya diiringi dengan rebana atau adat-adat yang lainnya dengan kemeriahan yang menghibur,pengantin pria biasanya naik kereta atau hanya berjalan, tapi di desa tambak cemandi sedati sidoarjo jawa timur acara iring iring pengantin prianya naik kursi kemudian diangkat seperti pada zaman kerajaan (nggak bisa jelaskan tapi bisa dilihat di gambarnya) hehe... sangan unik sekali berbeda dengan desa desa lainnya. apalagi kursinya dihiasi dengan hal-hal yang tidak jelas seperti payung anak-anak, rangkaian uang kertas, menurut teman saya yang ada di daerah tersebut, saat pengantin berjalan di sepyuri uang logam tepat di pengantinnya jadi udik udikan di dekatnya pengantin. sangat meriah sekali dan menghibur. kalau penasaran silahkan datang di desa tambak cemandi kalau ada acara pernikahan pasti meriah.

Minggu, 16 Agustus 2015

Do'a Ibukku


            Dua hari terakhir sekitar jam 3 malam aku terbangun, aku lihat disampingku ternyata tidak ada ibukku mungkin ibukku lagi dikamar mandi, setelah kepergian bapak pulang ke rohmatullah aku memang tidur berdua bersama ibukku.  Beberapa menit kemudian aku melihat ibukku datang lalu aku memejamkan mata lagi berusaha untuk tidur lagi karena jam masih pagi dan aku belum terbiasa sholat tahajud seperti ibukku. Mataku memang terpejam tapi telinga masih mendengar sesuatu dan yang kudengar yaitu do’a ibukku di sepetiga malam, suaranya terdengar jelas mungkin ibuk mengira aku sudah tidur jadi ia agam mengeraskan suaranya, rasanya aku seperti banyak salah kepada ibukku setelah mendengar do’anya. Ibukku mendo’akan supaya anak cucunya kelak mendapatkan derajat yang tinggi, mendo’akan aku supaya mendapat ilmu yang bermanfaat, serta mendo’akan aku agar mendapat hidayah, selain itu ibukku mendo’akan agar aku bisa menghindar dari anak yang aku sukai tapi pada waktu itu tidak direstui ibukku, agar aku mendapatkan jodoh yang sholeh. Sambil menangis ibukku mendo’akan aku, suara terseduh-seduh terdengar jelas. Ya Allah ampunilah dosa ibukku, aku yakin ibukku selalu memberikan dan mendo’akan yang terbaik untuk anaknya dan untuk cucunya kelak.

Senin, 20 Juli 2015

Catatan Untuk Bapak ...

Bapak...
Aku tahu bapak sudah berjuang melawan penyakit yang diderita, namun apa daya takdir tak bisa ditunda.
Aku tahu bapak masih ingin bersama ibu dan aku, makan bersama, buka puasa bersama, sholat berjama’ah, namun apa daya takdir yang memisahkan kita.
Aku tahu masih banyak urusan di dunia yang harus diselesaikan, namun Allah menghendaki untuk beristirahat selamanya.
Aku tahu bapak juga ingin memberi selamat disaat wisudah kelak, namun angkau hanya bisa melihat di alam sana.
Aku tahu bapak juga ingin menggendong cucu2nya kelak, namun engkau hanya bisa mendo’akan kami di alam sana.
Tak sempat lagi aku mengucapkan maaf dan belum sempat membuat beliau bahagia.
Dan kini hanya tinggal benda-benda pemberian bapak sebagai rasa sayangnya kepadaku, yang beliau dapatkan dari perjuangan mencari nafkah.
Dan kini aku dan ibu tidak bisa bersama bapak lagi, sedih rasanya...
Semoga bapak tenang di alam sana, kami selalu mendo’akan semoga diampuni semua dosa-dosanya ... amin..



Ayahku

      3 mei 2015, saat subuh tiba-tiba ayahku muntah muntah dan pingsan, pas sadar langsung muntah-muntah, aku langsung telpon pakde ku yang ada di candisari sari tak lama kemuadian keluarga-keluarga datang, dan ayaku dibawak ke gus deni tapi gus deni masih tidak ditempat, beliau perjalanan pulang dari kalmantan dan datangnya jam 11, waktu itu masih jam 8 jadi terpaksa nunggu gus deni karena pakdeku tidak mau membawa ke rumah sakit alasannya biar dekat rumah dan pulang perginya enak, yauda ibukku menurutinya. Jam 11 gus deni datang dan di cek dan ternyata ayahku pendarahan otak. Dan diberi air lalu disuruh menunggu sampe sore, jika agak baikan tetep disini saja, dan jika tetep pingsan dan muntah-muntah dibawak kerumah sakit. Sorenya keadaan ayahku tetap akhirnya dibawak ke rumah sakit, nyampe UGD di cek ternyata bapakku harus dirawat di ruang ICU, penyakitnya parah kata perwatnya yaitu pendarahan otak. Di UGD aku sama ibuk menunggu kamar dari habis maghrib sampai jam 2 malam, jam 2 malam ayahku di ronsen biar tahu penyakitnya lalu di bawak ke ruang ICU sebelum masuk ICU aku sama ibu duduk diruang tunggu kemudian dipanggil dan ayaku pindah ranjang waktu itu bapakku masih sadar dan bisa pindah sendiri. Lalu aku sama ibuk masuk ruangan dan dibilangin kalo penyakitnya bapak sudah parah, di dalam ICU juga buka sulapan yang bisa langsung sebuh tapi juga ada yang namanya kegagalan yaitu pasien meninggal, jadi aku sama ibu disuruh berdo’a dan menata hati agar ikhlas jika terjadi apa-apa.
           5 hari ayahku di ICU, aku dan ibu tidur di depan kamar ICU. Bisa melihat hanya jam 10 siang dan 4 sore. Waktu itu bertepatan dengan 40 harinya nenekku yang meninggal (ibu kandung dari nenekku), ayahku pindah kamar di HCU, waktu dipanggil dari pihak ICU aku dan ibu merasa senang dan sedih, senang karena bapak bisa pindah, sedih karena bapak belum sadar.  Akhirnya bisa setiap hari menjaga bapak di kamar HCU, kamarnya ber AC, waktu malam aku dan ibu kedinginan, bapak masih setengah sadar tidak bisa bicara hanya bisa melihat tapi kadang pandangan kosong kadang juga melihat aku dan ibu dengan air mata yang mengalir. 4 hari diruang ICU tak ada perkembangan akhirnya dokter memutuskan untuk pindah di ruang biasa dengan keadaan bapakku yang belum sadar, entah karena apa, mungkin kamarnya mahal 1 harinya 400 ribu sedangkan bapak memakai bpjs.
          Pada akhirnya ayah satu kamar dengan orang-orang yang sakitnya tidak akut seperti ayah, seperti patah tulang sakit typus. Di dalam kamar pengunjang sangat ramai. Wajar saja tidak seperti kamar HCU yang hanya boleh ditunggu 1 atau 2 orang dan penjenguk tidak boleh masuk. Genap 8 hari ayah di kamar di biasa dan jika dihitung sudah 17 hari ayah dirawat. Waktu  itu aku  kuliah tapi perasaanku sangat tidak enak. Pulang kuliah aku  mau ngerjakan tugas di depan komputer, baru buka komputer aku ditelpon ibuk kalau bapak nafasnya ngosngosan, aku langsung menutup komputer dan langsung menuju rumah sakit dan ternyta betul bapak nafasnya ngos ngosan, waktu itu ada pakde, lek sona, saudara yang dari sepanjang dan saudara dari mojokerto. Aku dan ibu membaca yasin agar ayah nafasnya agak mendingan. Waktu jam set.9 malam aku diajak lekku beli es teh, nyampe kantin ternyata lekku ngajak makan bakso tapi aku tidak mau karena pingin cepat balik ke kamar. Tapi lekku memaksa, tinggal dua 3 pentol belum aku makan tiba2 ibuuku telpon bilang kalau bapak sudah tiada, aku langsung cepat-cepat balik ke kamar dan seperti tak percaya bahwa ayahku sudah tidak bernafas lagi, akupun menangis sampai membereskan tas-tas untuk dibawah pulang, kemudian aku dibisikkai pakde bahwa ayahku sakit dari ayah sendiri dan dari orang lain (santet). Aku menyesal sudah makan bakso jadi tidak tahu kepergian ayah. Lalu almarhum ayahku sampai rumah jam 11 malam  karena harus menunggu administrasi dari pihak rumah sakit.